IBU..
Ibu adalah sosok yang sangat sempurna di mataku, karena ibu rela melakukan apa pun yang bisa membuat anaknya bahagia. Ibu akan menangis bila beliau melihat anaknya sedang sedih, atau ketika anaknya sedang mengalami musibah, bahkan beliau akan lebih sedih dan menderita dari apa yang kita rasakan. Dan ibu pun bisa menangis jika beliau sakut hati karena dibentak oleh anaknya.
Coba kalian pikir, pernahkah kalian membuat ibu kalian menangis karena perbuatan kalian?? Padahal ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk membahagiakan beliau, seperti salah satunya membantunya mengerjakan pekerjaan rumah. Itu pun tidak seberapa dibandingkan dengan pengorbanan beliau selama ini, beliau membesarkan kita dan telah memberikan kasih sayang yang tulus, beliau pun rela mempertaruhkan nyawa beliau demi sang anak.
Dan ketika ibu kita sedang sakit keras, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita merasa sedih melihat beliau? Apa kita akan membantunya meng-handle semua pekerjaannya? Ternyata tidak.. boro-boro kita merasa sedih, bahkan ada anak yang senang ketika ibunya sedang sakit. Mungkin karena dia merasa ketika ibunya sedang sakit mereka menjadi bebas melakukan apa saja tanpa dimarahi oleh ibunya.
Tapi tidak dengan teman ku Tomo, dia sangat sayang dengan ibunya. Apa pun keadaan ibunya dia terima dengan tabah dan ikhlas. Mungkin ini cobaan terberat yang pernah Tomo hadapi ketika dia tahu bahwa ibunya mengidap penyakit kanker. Sepeninggalan bapaknya yang telah pergi menghadap sang pencipta, Tomo rela banting tulang dan bekerja keras mencari uang untuk kesembuhan ibunya. Dia rela melakukan apa pun demi kesembuhan ibunya. Dari pekerjaan ringan hingga pekerjaan yang berat dia lakukan. Menjadi loper koran, mencuci piring di acara hajatan dan warung pinggir jalan, dan masih banyak lagi. itu semua untuk biaya kemoterapi ibunya. Seiring berjalannya waktu keadaan ibunya Tomo semakin membaik berkat kemoterapi yang dijalaninya. Sepertinya beliau akan sembuh dari penyakit itu. Meskipun sudah diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit namun beliau harus tetap mengikuti rawat jalan dengan kemoterapi setiap sebulan sekali. Maka bertambahlah beban Tomo, tetapi Tomo tidak pernah mengeluh dengan keadaannya yang harus bekerja mencari uang untuk pengobatan ibunya.
Waktu berjalan terus berlalu, sampai akhirnya pada hari jum'at, 21 agustus 2009, ibunya Tomo menyusul suaminya menghadap sang pencipta. Hari demi hari terlewati setelah peristiwa itu, namun Tomo tetap saja berdiam diri dan tak banyak bicara, senyuman serta tawa Tomo sudah tidak pernah lagi menghiasi hari-harinya, terlebih beban berat yang dipikul Tomo untuk menyekolahkan kedua adik-adiknya yang masih kecil sedangkan Tomo masih duduk dibangku kelas 2 SMA.
Semoga apa yang kau lakukan dan keikhlasan yang kau terima di dunia akan terbayar di hidup mu yang kekal di akhirat nanti, dan kedua orang tuamu tersenyum bahagia melihatmu disana. Lanjutkan hidup mu hingga mentari tak bersinar lagi ...
Sahabat Mu....
Riana Maidiansari
Coba kalian pikir, pernahkah kalian membuat ibu kalian menangis karena perbuatan kalian?? Padahal ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk membahagiakan beliau, seperti salah satunya membantunya mengerjakan pekerjaan rumah. Itu pun tidak seberapa dibandingkan dengan pengorbanan beliau selama ini, beliau membesarkan kita dan telah memberikan kasih sayang yang tulus, beliau pun rela mempertaruhkan nyawa beliau demi sang anak.
Dan ketika ibu kita sedang sakit keras, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita merasa sedih melihat beliau? Apa kita akan membantunya meng-handle semua pekerjaannya? Ternyata tidak.. boro-boro kita merasa sedih, bahkan ada anak yang senang ketika ibunya sedang sakit. Mungkin karena dia merasa ketika ibunya sedang sakit mereka menjadi bebas melakukan apa saja tanpa dimarahi oleh ibunya.
Tapi tidak dengan teman ku Tomo, dia sangat sayang dengan ibunya. Apa pun keadaan ibunya dia terima dengan tabah dan ikhlas. Mungkin ini cobaan terberat yang pernah Tomo hadapi ketika dia tahu bahwa ibunya mengidap penyakit kanker. Sepeninggalan bapaknya yang telah pergi menghadap sang pencipta, Tomo rela banting tulang dan bekerja keras mencari uang untuk kesembuhan ibunya. Dia rela melakukan apa pun demi kesembuhan ibunya. Dari pekerjaan ringan hingga pekerjaan yang berat dia lakukan. Menjadi loper koran, mencuci piring di acara hajatan dan warung pinggir jalan, dan masih banyak lagi. itu semua untuk biaya kemoterapi ibunya. Seiring berjalannya waktu keadaan ibunya Tomo semakin membaik berkat kemoterapi yang dijalaninya. Sepertinya beliau akan sembuh dari penyakit itu. Meskipun sudah diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit namun beliau harus tetap mengikuti rawat jalan dengan kemoterapi setiap sebulan sekali. Maka bertambahlah beban Tomo, tetapi Tomo tidak pernah mengeluh dengan keadaannya yang harus bekerja mencari uang untuk pengobatan ibunya.
Waktu berjalan terus berlalu, sampai akhirnya pada hari jum'at, 21 agustus 2009, ibunya Tomo menyusul suaminya menghadap sang pencipta. Hari demi hari terlewati setelah peristiwa itu, namun Tomo tetap saja berdiam diri dan tak banyak bicara, senyuman serta tawa Tomo sudah tidak pernah lagi menghiasi hari-harinya, terlebih beban berat yang dipikul Tomo untuk menyekolahkan kedua adik-adiknya yang masih kecil sedangkan Tomo masih duduk dibangku kelas 2 SMA.
Semoga apa yang kau lakukan dan keikhlasan yang kau terima di dunia akan terbayar di hidup mu yang kekal di akhirat nanti, dan kedua orang tuamu tersenyum bahagia melihatmu disana. Lanjutkan hidup mu hingga mentari tak bersinar lagi ...
Sahabat Mu....
Riana Maidiansari
Komentar
Posting Komentar